Mayat Hidup
- Monologue
- 21 Mar 2020
- 1 menit membaca
Diperbarui: 28 Mar 2020
Ia Mayat Hidup, berjalan tanpa arah, menyusuri tanpa rencana, mencari karena hilang. Ia Mayat Hidup, terus berjalan meski tanpa tujuan. Terlintas di benaknya, yang penting ia tetap berjalan, tak ketinggalan. Pada peradaban yang kian mengedepankan Nilai Keunggulan. Ia tetap berjalan, agar berada di paling depan dari jaman. Ia Mayat namun Merasa Hidup, sebab ia memiliki Hati Nurani kecil serta Jantung yang masih berdegup. Ia Mayat Hidup, tak perduli seberapa banyak orang yang tak menyukainya, ia tetap tersenyum. Bahkan sesekali melambaikan tangan untuk menunjukkan keakraban. Ia Mayat Hidup, senyumnya menandakan bahwa berbagi dengan sesama tidaklah cukup.
Tulisan ini dibuat saat berkendara dipenghujung malam, ketika masalah mulai membungkam logika yang sedang dimanjakan sunyinya malam, rintik hujan yang menafsirkan kedamaian. Dingin tubuhnya sedingin Mayat, hampir tak bisa merasakan. Lalu terlintas untuk menulis tentang apa yang ia rasakan.
Commentaires