Kau Fatamorgana yang Sempurna
- Monologue
- 21 Feb 2020
- 1 menit membaca
Diperbarui: 27 Feb 2020
Untuk hati yang bertahan, dari semua harapan yang terpendam serta tangis yang bungkam seorang pecinta diufuk fajar yang gemerlapan, bersama bintang dan bulan. Ketika tergantikan mentari yang mulai bersinar terang. Diujung cakrawala yang kita pandang, di satu masa ketika aku memendam segenap rasa dan mengubur dalam dalam secercah harapan. Langit kita sama, hati kita berbeda. Entah siapa yang kau cinta, kau adalah alasanku untuk tetap jatuh cinta. Inikah rasanya menjadi pecandu rindu ? Perihnya begitu terasa, hingga membakar setiap denyut nadi yang membantu darah mengalirkannya ke jantung agar terjaga setiap detaknya ? Pantas saja setiap detak jantungku begitu lirih perih. Kau bianglala, dari wajahmu yang ku tatap kau adalah fatamorgana yang begitu sempurna. Membuatku terjebak pada Euforia semata. Sebelum kau menyingsing senja yang menjeda waktu waktu kita. Meluruh perih dari endapan rasa, aku menikmatinya. Meskipun perih, tak pernah ku sesalkan untuk jatuh cinta pada dirimu.
Comments