Eccedentesiast

Untukmu, yang pandai menyembunyikan luka. Balut demi balut kau sempurnakan dengan senyuman, seakan semua tersusun rapih sesuai rencana. Sebenarnya, tak apa menangis sejenak bahkan untuk sesaat. Tubuh kita juga lemah, apalagi perasaan. Tak selamanya kamu dapat menyembunyikan semua kegundahan, kegelisahan. Alasanku selalu ingin bersamamu, tidak lain agar aku menjadi orang yang bisa kau andalkan. Tak usah berlebihan, aku tau aku masih sangat mencintaimu sejak pertama kita bertemu. Untuk sesaat, atau bahkan jika dibutuhkan, aku tau bagaimana menempatkan posisiku yang sekarang. Entah kerena semua terlalu cepat, hingga saat itu kau dapat merasakan, perasaan apa yang aku rasakan. Setidaknya jangan kau jadikan alasan untuk menghindar. Memang sia-sia jika mencintai seseorang yang tidak mencintaimu sama sekali. Biar kuperjelas, setidaknya hanya ini yang dapat aku rasakan, dari sekian lama menutup hati. Kau mengetuk hanya sekali, pada pertemuan pertama di kedai kopi ujung jalan. Tidak banyak harap dariku, aku juga tidak meminta perasaan yang sama. Setidaknya dapat merasakan kembali jatuh cinta, itu membuatku lega. Karena patah hati yang sebelumnya begitu dalam hingga membekas dan meninggalkan luka. Kau datang dengan segala hal sederhana yang membuatmu terlihat sempurna. Terserah, kamu ingin berkata bahwa kamu tidaklah sempurna seperti yang ku katakan, masih memiliki banyak kekurangan. Bagiku, orang yang menyukaimu, menyayangimu, bahkan mencintaimu meskipun bertepuk sebelah tangan. Kau tetap sempurna untukku.