Hidup adalah perjalanan do'a yang panjang

Ma, ku kira aku sudah membuat mu bangga. Ternyata itu masih sangat jauh dari semua harapan mu. Pa, ku kira didikan mu terlalu keras, ternyata kau mengajarkan aku bagaimana cara bereaksi ketika jalan mu mulai terjal, langkah mu terasa berat, ingin mu tak tercapai. Ku kira dulu keras kepala mu adalah ego dari didikan keras kakek kepadamu. Ternyata aku sadar, banyak hal yang tidak sejalan dengan ingin ku, banyak hal yang harus ku ubah satu persatu. Sebagai seorang kakak aku merasa gagal, apalagi sebagai anak. Aku mengerti kenapa rasa nya baru sekarang, aku mengerti kenapa itu sangat menyakitkan.

Aku memperkuat tubuh ku agar tidak tumbang di seperempat jalan, aku memperkuat pikiran ku agar tidak terdistraksi lingkungan yang merugikan ku, namun aku terpontang panting mempertahankan ibadah ku ma, pa. Aku tertatih dalam melangkah kembali pada tuhan, agar aku dapat mengingat penolong sesungguh nya dari luka ku adalah allah, agar aku dapat mengingat kewajiban ku sebagai seorang hamba. Ma, pa, emosi ku terkadang masih menari-nari di atas kepala, aku paham langkah apa yang akan aku pilih, keputusan apa yang akan aku ambil meskipun sendirian. Aku tidak menyalahkan kalian hanya karena roda ku tidak berputar sama seperti yang lain, aku tidak menyalahkan allah atas kehendak nya memberi ku ujian, aku tidak marah dengan keadaan atas jalan terjal ini. Berat nya ku pikul sendiri, ringan nya ku beri tahu kalian nanti.