Sandyakala
- Monologue
- 14 Mei 2024
- 1 menit membaca
Hai Satu bulan telah berlalu. Hariku terlihat kacau tanpamu, tentangmu yang menghujani kenyataanku. Jika di berikan waktu untuk bersua dan berbicara berdua, aku ingin menatap matamu dengan tajam. Dengan penuh keyakinan dan harapan bahwa perasaanku memang untukmu selalu, sketsa kecil yang ku buat dalam dunia mimpi selalu membawa hangat dirimu hingga ke penghujung malam. Tak lelah ku sematkan dan ku lambungkan namamu dalam do'a, semoga kamu merasakan hangatnya perasaanku yang selalu sama. Aku mencintaimu, dan aku pun juga merasa gagal tidak bisa mempertahankanmu untuk tetap bersamaku. Kemarin, duniaku begitu gelap. Malamku begitu dingin, pagiku begitu sepi. Perasaan dan harapanku menjadi semu, aku ingin berhenti berpura pura untuk tidak mencintaimu, aku ingin berhenti berpura pura bahwa aku merelakanmu. Namun keberanian dari mana aku untuk melakukan itu semua ? Jika kamu pena dan aku kertas, ku biarkan warna tintamu mewarnai putihnya perasaanku. Jika kamu buku dan aku sajak, maka akan ku penuhi lembaran lembaranmu dengan puisi puisi romantis dan bahasa sastra yang indah. Percayalah, sebenci apapun kamu denganku, sekecewa apapun kamu denganku, perasaanku tidak akan pernah berubah sedikitpun. Namun aku hanya menghindar dari ketidaknyamananmu akan keberadaanku.
Ku lihat renjana yang kian membiru, ku titip rindu pada jumantara kama. Dan untukmu sang amerta, bahagia selalu asmaraloka nan lengkara.
Commentaires